Langsung ke konten utama

Postingan

Kisah Seorang Kurir

Namaku Tardi. Ya, hanya Tardi. Bukan Tardi yang terkenal itu lho, seorang artis dan komikus dari perancis. Ada yang kenal? Rasanya tidak, walaupun ada mungkin hanya beberapa orang. Aku hanya orang biasa dan seorang kurir di perusahaan ekspedisi di kota Bengkoang. Begitulah orang tuaku menamaiku sejak 30 tahun yang lalu. Perawakan kurus, tinggi, lumayan tampan kata orang disekelilingku. Penghisap rokok juga. Ya, sebagai pergaulan saja. ***   Alarm di Hp berdetak kencang saat jarum halusnya menunjukkan pukul 04.00 pagi. Aku yang tidak bisa tidur jika ada suara berisik membuat tubuhku bergerak untuk segera bangun.  Saatnya bersih-bersih dan mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat tahajjud, serta bersiap untuk sholat subuh berjamaah di mesjid.. Azan pun berkomandang, langsung ku langkahkan kaki menuju mesjid yang jaraknya tidak sampai lima menit berjalan kaki dari rumah.  Segera setelah itu, sarapan pagi, bersihkan motor dan bersiap menuju kantor. Pukul tujuh t

Amukan Positif Seorang Bule

Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke sebuah daerah di pesisir pantai. Bukan untuk melihat bule berjemur, bukan melihat nelayan menangkap ikan, bukan melihat orang snorkling, atau pun berselancar. Tujuan ke sana juga bukan untuk liburan, namun untuk menunjukkan sebuah "kejantanan". Waduh bahasanya kian aneh saja. Yups, beberapa hari sebelumnya. Sebuah laporan masuk dari salah seorang staf di kantor, beliau mendapatkan "jatah" dari seseorang, bukan sebuah pembagian keuntungan, melainkan caci maki, marah, teriakan, hentakkan. Intinya, sebuah "amukan" dari seorang klien. Usut punya usut, ternyata beliau mendapatkan "rezeki" tersebut, akibat dari perbuatan yang tidak beliau kerjakan. Lho kok, sebuah amukan dibilang rezeki? bukan ketipan rezeki, itu "sial" namanya. Kata anak-anak zaman sekarang. Di pikiran saya dan atasan, setelah mendengar sebab musababnya memang klien ini salah memarahi orang. Dugaan kami waktu itu ternyata meles

Hidup Tanpa Musuh..

Sumber Gambar : Kaskus.co.id Hai Sobat Blogger yang budiman. Bagaimanakah kabarmu hari ini? Semoga selalu diberikan kesehatan dan kelapangan rezeki ya...Aamiin. Mari kita sama-sama mendoakan. Kali ini ada ada sebuah hal yang ingin saya sampaikan dalam postingan kali ini, terkait hubungan sosial sesama manusia. Bagi saya yang sedang memperbaiki diri ini dan terus berupaya untuk memantaskan diri, punya satu musuh itu sudah terlalu banyak, dan punya 100 teman itu masih kurang. Ya, satu musuh itu sudah terlalu banyak. So, dalam pergaulan sehari-hari, hindarilah pertengakaran, perselisihan, ciptakanlah kedamaian, agar rezeki kita selalu melimpah. Ada seorang teman, beliau baru saja di keluarkan dari tempat pekerjaannya. Orangnya profesional dalam segi kerja yang kulihat dan sangat menghormati klien. Namun, ada satu hal yang kurang menurutku, berkerja sesama rekan kerja ada yang kurang pas, sehingga beliau pernah bersilisih paham hingga kini dengan mantan rekan kerja beliau yang

Agresifitas Seorang Sales

Malam Sobat Blogger...Senang bisa posting lagi di blog ini. Jika ada yang bermanfaat silahkan diambil, jika tidak mohon berikan saran, agar blog ini bisa memberikan manfaat juga bagi orang lain. Namun, suatu hal yang pasti dengan adanya blog ini membuat ide, gagasan dan unek-unek saya tersampaikan, semoga tidak menyinggung teman-teman, jika ada saya mohon maaf dan saya akan hapus postingan bila terdapat kata atau kalimat yang menyinggung visitor blog Riky sekalian. Bermula ditahun 2011, sejak pertama kali menapaki kaki menjadi seorang sales. Dimana dituntut untuk menjual lebih banyak dan lebih banyak lagi produk. Belajar mandiri menjual sebuah produk, ditekan habis-habisan untuk sebuah pencapaian yang entah dari mana dasar penetapan suatu target tersebut. Ya, meskipun babak belur, cacian dan makian, tidak gentar jiwa menghadang. Dari sanalah sebuah agresifitas terbentuk. Sampai saat ini, baru dua kali ke agresifan ku di hadang. Pertama, saat terjadi jurang pencapaian yang amat

Ini dia Penyebabnya..

Hari ini terjadi diskusi yang luar biasa di Group  WA alumni Organisasi kampus ku dahulu, mengenai Riba. Ya, Entah siapa yang memulai diskusi duluan. Namun, ada satu hal yang membuat ini kurang elegan adalah menjelek-jelekan. Nah, ini yang tidak ku sukai. Bolehlah kita berdiskusi suatu hal yang sesuai substantif, tapi tolong bagi yang tidak ada data dan fakta atau pun tidak mempunyai pemahanan tentang sesuatu mohon untuk tidak bicara asal-asalan.  Asyiknya, semua saling mengingatkan satu sama lain, iya..kita pun telah sepakat. Namun, apa hendak dikata semua telah terlanjur dan ketika kita mengetahui akan suatu hal, adalah baiknya jika hal tersebut di sampaikan pada banyak orang bukan?  Teringat akan suatu hal, ini ternyata penyebabnya. Ya, ilmu ini kudapat pada saat dahulu kerja di bank konvensional. Parah memang. entah mengapa seolah tak mau kalah dengan yang lain banyak produk yang berkaitan riba ku pakai. Seperti kartu kredit. Pinjaman lain ada sih, saat pembelian sepeda mo

Yuk Menabung Saham

Hai sobat Blogger.. Publikasi ajakan untuk menabung saham sangat banyak beredar di kota ku tercinta. Di Jalan utama terpampang baliho besar untuk mengerakkan masyarakat untuk menabung saham. Koran lokal pun juga terpampang tulisan mengenai menabung saham yang di galakkan oleh Bursa Efek Indonesia di bawah pimpinan Pak Reza Shadat juga banyak membahas tentang ajakan menabung saham ini. Ya, ini ternyata gerakan nasional yang di prakarsai oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia yang diresmikan November 2015 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dahulu mungkin kita mengenal investasi saham, nampaknya bahasanya lebih di populerkan dengan menabung. Ini bagus, yang biasanya orang awam mengira bahwa investasi saham butuh modal yang besar, padahal enggak juga. Sekarang dengan uang Rp. 100.000 saja, kita sudah bisa membeli saham. Sungguh, sangat banyak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kinerja bagus, namun sangat disayangkan kepemilikan sahamnya banyak dipe

Cukup Cerita Sampai Di Sini !

Sobat blogger yang budiman. Ditengah keterbatasan kecepatan internet di rumah, tulisan ini dibuat. Hanya sekedar tulisan biasa yang di goreskan dari kisah harian sang penulis, yang mungkin jika ada manfaatnya silahkan diambil. Penulis sendiri mengakui masih harus banyak belajar lagi. Masukan dari visitor blog, juga dapat menambah kenalan dan pembelajaran bagi penulis sendiri.  Beberapa hari yang lalu, salah satu klien ku di Prudential mengirimkan sebuah sms yang berisi keraguan dan sebuah pertanyaan serta juga sebuah keputusan untuk memutuskan hubungan. Hubungan? ups..ya hubungan sebagai seorang klien dan agen, alias tutup polis. Rentetan sms kedua diteruskan beliau dengan alasan butuh pertanggungjawaban. Hah, pertanggungjawaban lagi? ya, sebuah keterangan atas sebuah penjelasan yang dahulu pernah disampaikan ternyata tidak sesuai kenyataan menurut si klien. Ya, aku pun membalas sms beliau dengan "Boleh", saya print kan dahulu data "Uni", besok siang uni ad