Langsung ke konten utama

Kena Tilang Untuk Kedua Kalinya

Ini kali pertama saya kena tilang bawa mobil di Jakarta. Kena tilang kali ini merupakan tilang yang kedua saya kena di perantauan. 


Pertama saat bawa motor dari Jakarta menuju Poris Tangerang, saya lewat jalur Fly Over. Saya sudah keempat kalinya lewat di Fly Over tersebut, pas kelima kali baru kena. Hehehe.


Dari awal memang saya gak tahu, istri pun juga gak tahu. Sama-sama pendatang baru. Cuma bedanya istri udah dua tahun meninggalkan Jakarta, saya yang murni pendatang baru sebenarnya. Hehehe.


Sebelum-sebelumnya istri juga lewat di sini terus. Mungkin kali sejak ditinggalkan jalan Fly Over ini sudah ada keputusan baru gak boleh lewat lagi bagi kendaraan beroda dua.


Ya, sudah lah. Akhirnya SIM saya di tahan dan terpaksa saya ambil di Kejaksaan Negeri Jakarta Barat dua minggu setelah kena Priiit pak Polisi.


Nah, kejadian kedua saat jemput teman yang missroute.


Salah satu teman saya mau join visit dengan Saya dan satu orang teman yang menemani saya visit sejak pagi dari kantor. Jadi, kami bertiga sudah janjian di salah satu tempat klien saya di kawasan jalan Sudirman nih ceritanya.


Teman saya yang terakhir, dia mau ngantar mertuanya dahulu ke bandara Soetta, nanti kami bertiga ketemuan di titik yang sudah dijanjikan.


Namun, teman saya ini lupa. Dia malah mau diantarin dan diturunkan oleh supirnya di kantor Bank Syariah Indonesia dekat Bank Indonesia. 


Ketika di konfirmasi ulang sama supir, ibu yakin udah janjian di sini sama teman-teman Ibu?, “ betul pak, kami janjian di sini, ” dengan Pedenya bu Carol sahut ke Supir pribadinya.


Ketika kami sampai di Lobby Bank Mandiri di Jalan Sudirman Bu Carol ini call kami, “Kalian udah di mana? “ Rekan saya jawab, “udah di depan lobby ya bu.” “Tunggu ya, “ Kata bu Carol di ujung telpon.


Beberapa saat kemudian bu Carol telpon kita lagi,”di lobby mana? kok gak ada mobil kalian. ”


Teman saya ini pun heran. Kemudian konfirmasi lagi, ” Ibu yakin kan sedang di Bank Mandiri jalan Sudirman? “ Betul, katanya. Sekali lagi beliau pede bilang begitu kepada kami berdua. “Bu, kami udah disini persis depan lobby,” masa Ibu gak lihat mobil kami kata teman saya Dimos.


Panjang lebar akhirnya kami ketawa bertiga. Si Ibu ternyata missroute. Kami janjian di sini, eh si ibu Carol malah berada di titik yang salah.  Hahaha.

Beliau malah turun dan berada di Bank Syariah Indonesia dekat Bank Indonesia. Akhirnya sedikit kesal kami keluar dari Bank Mandiri di jalan Sudirman dan menjemput beliau di BSI tersebut. 


Ketika saya mau minta tolong ke rekan saya tersebut untuk buka Google Maps untuk lokasi penjemputan bu Carol. Dia langsung bilang,  “Gak perlu mas Bro,”  saya tahu jalannya kok. Ok, sahut saya dengan tenang.


Pas di dekat Bunderan Bank Indonesia, kami bermaksud putar balik di sana. Saat itu saya juga agak kurang nyaman. Diseberang jalan banyak polisi dan banyak mobil yang lampu sen kanannya banyak yang matikan dan pindah ke sen kiri. Ini ada apa ya, di dalam hati.


Saat moncong mobil arah ke kanan bunderan baru saya kelihat ada tanda dilarang belok. Teman saya ini dengan pede, lanjut mas bro. Boleh kok belok di sini. 


Saat sudah sampai di seberang bunderan, pas pula lampu merah. Ada dua mobil pada saat itu dan beberapa sepeda motor. 


Namun, Priiiit. Nampak dari jauh polisi menghampiri kami, kami kira polisi ini ke mobil satunya, eh malah ke mobil saya, dan kami pun diminta menepi. Akhirnnya saya dapatkan surat tilang kedua selama di Jakarta.


Teman saya masih berusaha lobi agar bisa lepas, saya gak mau. “Ya udah, saya salah pak. Saya siap kena tilang, “ sahut saya langsung pada saat itu. “Jemput SIM bapak tanggal sekian di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat ya pak, “ Kata pak Polisinya. Beliau pun berlalu dari kami, sambil menyerahkan form biru dan mengambil SIM A saya yang baru keluar sebulan yang lalu.


Pada hari itu, kena tilang lah kami berjamaah. Hahaha…

 

***


Nah, hari ini pagi-pagi banget saya harus keluar dari rumah menuju Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Sebelumnya saya berharap ada teman yang menemani. Eh, ternyata gak bisa semua. Ya sudah lah, saya berjalan sendiri dengan mempercayakan arah kepada Google Maps. 


Lima belas menit menuju lokasi, saya terkejut. Astagfirullah, ternyata lokasinya saya kenal deh. Alamak saya diputar-putar oleh Maps, untuk menuju ke lokasi ini ternyata. Harusnya bisa hanya 30 menit ini saya harus habiskan waktu satu jam 15 menit. Ya Allah…


Ya udah dinikmatin saja perjalan ini. Akhirnya sampai di lokasi dan mencari parkir. Pas udah mau matiin mesin mobil saat parkir di pinggir jalan, langsung saja tukang parkirnya menanyakan Bapak sebentar saja dan udah janjian di dalam atau belum? Bapak mau ambil SIM kan ya? Padahal saya parkiran lumayan jauh dari lokasi tersebut loh. Ada kantor Imigrasi ada kantor Bea Cukai juga. Harusnya beliau tanya mau ke Bea Cukai atau ke Imigrasi pak? Ini malah tanya, “mau ambil SIM ya?” Hehehe. Hebat nih tukang parkirnya, tahu saja saya baru kena tilang dan mau bayar tilang serta ambil SIM.


Saya bilang saja saya gak ada janjian sama sekali pak. Langsung saja saya di usir dengan bahasa halusnya. Pak maaf, bapak parkir di arah jembatan sana belok kiri ya. Disini hanya untuk yang menunggu sebentar dan udah ada janjian. Saat itu saya masih belum ngeh tentang perkataan si tukang parkir. 


Setelah saya dapatkan lokasi parkir resmi, saya langsung menuju ke kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Saya lihat banyak yang sedang melihat papan pengumuman, mendekat lah juga saya kesana. Ternyata, hampir sama sistemnya di Kejaksaan Negeri Jakarta Barat. Urus tilangnya via ekspedisi POS, dan SIM akan diantar ke rumah dan bisa COD pula. Hehehe..keren abis…


Sembari itu saya juga dengar, kalau mau cepat bisa pakai calo tinggal bayar sekian dan bisa nunggu sebentar. Diantara salah satu dari mereka yang sedang berkerumun bilang, “gak usah lah.” Mending di  urus sendiri dan tunggu kiriman SIM nya saja.


Tapi saya lihat dan masih ragu dengan Informasi ini, kemudian langsung saya bergerak kearah pintu masuk kantor. Nah, ini rasanya Informasi yang lumayan valid deh kelihatannya. Ternyata dari Informasi ini saya diharuskan datang ke kantor POS besar di jalan Lapangan Banteng. Bayar tilang di sana dan siapkan alamat untuk pengantaran SIM. 


Sejurus kemudian saya kembali ke parkiran dan mengatur Google Maps untuk ke kantor POS besar tersebut yang berjarak 12 menit dari lokasi saya tersebut.


Akhirnya sampai di kantor POS besar, saya di arahkan ke Gedung A lantai 2. Waw,….luar biasa ramenya, ini rasanya gak pengaruh dengan social distancing deh. 


Saking ramenya security kantor POS, kasih form ke saya dan minta saya besok saja datang lagi. Gak akan keburu hari ini pak. Daripada menunggu lama sebaiknya besok saja datang lagi kata security-nya. 


Bapak siapkan foto copy KTP dan Copyan surat tilang juga ya. Lanjut security infokan ke saya dan ke beberapa orang lagi yang baru datang setelah saya.


Yah, akhirnya besok saya harus kembali ke sini lagi....


Bersambung…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Pertama Ganti Regulator Gas

Sudah tiga hari kami tidak bisa masak di rumah. Kompor gas di rumah tidak bisa menyala. Ketika tabung gas yang habis kami ganti, pas mau pasang tabung yang baru, selalu ada bunyi sssssssts.... Ini pertama saya mengalami hal seperti ini, biasanya pas pasang pertama keluar bunyi seperti itu, dibuka dan coba lagi pasang gak ada bunyi untuk yang kedua. Namun kali ini, sudah berkali-kali di coba tetap saja keluar bunyi mendesis dan tercium aroma gas di dapur. Regulator yang kami gunakan sejak awal pasang kompor gas di rumah bermerek Star Cam seperti gambar di atas. Produk ini sangat bagus dan gampang pasangnya, namun untuk tabung gas yang berisi 3 kilo. Ketika tabungnya bentuk pegangannya tidak sesuai ukuran lekukannya atau mungkin penyok, maka agak sulit memasang regulator tersebut yang sesuai presisi. Sehingga, saya sering meluruskan dulu gagang tabung gas, dengan memukul dengan palu atau batu. Ketika regulator gak lurus pasangnya, sering terdengar suara mendesis...issst dan tercium b

Cara Cek Kiriman Standar Express untuk Penerimanya di Padang

Saya sering kali mendapatkan telpon dari sipenerima paket Standard Express untuk penerima dalam Sumatera Barat . Tidak hanya ke nomor pribadi saya, ke kantor SAP Express yang beralamat di jl. Jhoni Anwar No. Q 8 Ulak Karang Padang juga begitu, terlebih ke nomor telpon kantor 0751-446508. Setiap kali sipenerima bilang standard express, CS SAP Express langsung bilang saja, maaf salah sambung, Ini kantor SAP Express.  Ada juga yang ngotot dan menghubungi saya kembali dari nomor telpon yang berbeda. Lalu, saya jawab lagi, maaf Bu, sudah saya sampaikan bahwa kami bukan Standard Express, tetapi kami adalah SAP Express (Satria Antaran Prima). Kalau yang Ibu tanyakan tadi, mohon maaf saya tidak mengetahui. Memang benar, saya belum pernah mendengar apa itu ekspedisi Standard Express, apalagi untuk posisi kantornya di Padang saya belum pernah lihat.  Kemungkinan mereka baru menggunakan vendor lokal atau nebeng kirim paket melalui ekspedisi lainnya. Saking sering kena telpon seperti itu, saya

Pengalaman Perdana Ikut Gurah Kesehatan

Tadi malam saya pertama kali mengikuti gurah kesehatan. Informasi tentang apa itu gurah dan manfaatnya sebenarnya sudah sejak se bulan yang lalu, info ini diberitahukan oleh Arif serta Ayahnya pada ku. Namun, karena sehubungan dengan bulan puasa, makanya kegiatan gurah ditiadakan pada saat itu, dan habis lebaran diadakan kembali. Kegiatan gurah kesehatan ini aku ikuti di Miftahussyifa, sebuah pondok pengobatan alternatif. Mulai dari pengobatan bio energy, totok wajah, gurah dan steam mata, gurah kesehatan serta bekam tersedia di sana, begitu juga dengan obat-obatan herbal yang di racik sendiri oleh Yayasan Miftahussyifa Bengkulu. Ketika saya bertanya ke salah satu terapisnya, yayasan Miftahusyifa ini sudah ada cabang se Sumatera dan Jawa, dan pusatnya di Bengkulu. Untuk di Padang saja stafnya kurang lebih 10 orang dengan keahlian yang berbeda-beda.  Untuk berobat pun di sini tidak ada dipungut biaya, namun hanya disediakan kotak sedekah, kita tinggal isi kotak sedekah te