Beberapa hari yang lalu beliau saya jemput di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur.
Pesawatnya landing pada pukul 14.25 Wib, namun saya dan tiga teman seperjuangan telah menunggu beliau sejak pukul 14.00 Wib. Sambil menunggu kami pun nongkrong di sebuah kedai kopi dalam komplek bandara.
Beliau adalah mantan atasan saya. Tujuan beliau datang ke Jakarta adalah untuk menemui atasannya langsung untuk memberikan penjelasan atas suatu persoalan yang membuatnya di mutasi ke kantor pusat.
Setelah beliau sampai, saya mempersilahkan beliau untuk makan siang dahulu dan memesan minuman. Sambil menunggu dan makan siang tersebut, beliau menceritakan penyebab beliau akhirnya datang ke Jakarta secara langsung.
Setelah panjang lebar kurang lebih satu jam beliau bercerita, ketiga sahabat yang menemani saya menjemput mantan bos saya tersebut pasang wajah dengan raut kesedihan. Mereka berempati padanya atas kasus yang sedang beliau hadapi.
Mantan atasan saya ini, beliau sudah bekerja dengan owner perusahaannya selama lebih dari 21 tahun. Namun, baru kali ini atasannya tersebut tidak mempercayainya lagi.
Usut punya usut, ternyata beliau mendapatkan fitnah dari beberapa bawahannya sekarang dan satu orang mantan karyawan yang sudah di pecat oleh perusahaan.
Bos, yang biasa saya memanggilnya. Beliau dapatkan Surat Peringatan (SP) 1 dari kantor pusatnya. Gak ada sama sekali alasan yang jelas dalam surat SP 1 tersebut. Namun, yang jelas info dari beliau mengatakan, surat SP 1 ini turun karena ada foto kakaknya yang di ambil sewaktu sedang berada di kantornya. Foto tersebut di sampaikan bahwa, kakak beliau tinggal di kantor tersebut. Padahal kakaknya hanya mampir untuk mengunjungi beliau pada waktu itu.
Namun, tidak ada kesempatan bagi beliau untuk mengajukan banding.
Tak berapa selang waktu berlalu. Datang lah susulan SP 2 kepadanya. Kali ini alasan dalam surat tersebut adalah Penyalahgunaan Wewenang. Dokumen SP2 ini tidak hanya datang kepada beliau saja, namun juga dibarengi dengan SP 2 pada salah satu anggotanya.
Ternyata SP2 ini disebabkan surat kaleng yang berisi foto, anggotanya sedang menggunakan fasilitas kantor.
Padahal beliau tidak berhak menggunakan fasilitas tersebut. Bos saya tersebut kemudian menceritakan bahwa pada saat itu, beliau memang sengaja menugaskan anggota tersebut untuk mengantarkan paket yang urgen. Karena sedang tidak ada orang lain di kantor yang bisa bawa mobil, sehingga beliau mengutus anggota tersebut.
Kembali lagi, beliau menceritakan bahwa masih saja belum bisa mendapatkan kesempatan untuk hak jawab.
Baru beberapa hari yang lalu beliau langsung mendapatkan surat mutasi yang turun jabatan namun di tarik ke kantor pusat. Beberapa minggu sebelumnya datang salah seorang atasan beliau untuk mencek kondisi di kantornya selama dua minggu. Ternyata hasil kedatangan salah satu utusan kantor pusat tersebut menyebabkan turunnya surat mutasi kepada beliau.
Singkat cerita, setelah tiga hari berturut-turut beliau menghadap bos besar dan menjalaskan kronologi semua tuduhan yang di alamatkan kepadanya. Bos besar tetap bersikukuh untuk memutasi beliau. Dan mantan atasan saya ini tetap tidak mau terima, karena memang beliau merasa tidak bersalah. Namun, kekukuhan bos besar beliau terhadap surat mutasi tersebut lantaran hanya menjaga kredibilitasnya di hadapan seluruh karyawan.
Surat SP 1, SP2 hingga surat mutasi yang keluar untuk mantan atasan saya ini tidak mempunyai bukti yang kuat dan otentik. Jika beliau ada menggunakan uang kantor, tentu harusnya di audit kan ya. Ini tidak ada audit sama sekali. Bahkan beliau hanya dibilang melanggar SOP dengan membuat aturan baru tanpa memberitahukan sebelumnya kepada kantor pusat.
Padahal esensi SP1 dan SP2 sebelumnya juga tidak ada hubungan dengan pelanggaran SOP yang menyebabkan beliau langsung di mutasi.
Dari sini sangat kelihatan banget perusahaan beliau tidak professional dalam memberikan punishment terhadap karyawan mereka.
Terbukti, mereka mengakui kesalahan mantan bos saya ini tidak fatal dan tidak merugikan perusahaan. Bahkan mantan bos saya ini diberikan pesanggon beberapa kali gaji dan di bayarkan tiket pulang serta di hapuskan semua hutangnya kepada perusahaan. Jikalau beliau memang salah tentu bos besar tidak memberikan apa pun untuk beliau.
Beliau pun sudah pulang kembali ke kotanya pada sore hari ketika saya menuliskan postingan ini. Beliau pun bisa pulang dengan kepala tegak. Karena memang beliau tidak ada kesalahan fatal yang buat perusahaan rugi. Beliau pun bisa menjelaskan ke anggotanya di kantor sebelum serah terima dengan penggantinya tentang apa yang terjadi. Tentu seluruh pegawainya di kantor memahami dan bisa mengambil kesimpulan tentang apa yang terjadi pada beliau.
Saya melihat kasihan pada beliau yang di fitnah seperti ini, namun beliau terlihat ikhlas menerima. InsyaAllah semoga beliau mendapatkan ganti pekerjaan yang lebih baik lagi atau pun bisa mempunyai bisnisnya sendiri.
Sumber Gambar : positivepsychology.com
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)