Setelah Menikah di Tahun 2018, Alhamdulillah kami mendapatkan kesempatan membeli Rumah tanpa DP dan langsung di bantu proses di Bank. Pada 1 februari 2019, mulailah kewajiban Perdana untuk membayar angsuran Rumah.
Masih terngiang dalam ingatan ketika istri hendak menekan surat-surat di hadapan pejabat Notaris dan Pegawai bank. Saat itu istri bilang, jika kami bisa melunasi dalam 2 tahun gimana pak? Berapa yang harus mesti kami bayarkan? Kemudian pihak Maybank menyebutkan system pelunasan perkiraan biaya apa saja nanti yang mesti dibayarkan.
Tak terasa kurang dari dua tahun, tepatnya 16 bulan, KPR tersebut bisa dilunasi. Alhamdulillah.
Tahu tidak selama setahun itu apa saja kejadian yang kami alami?
Selama setahun, Rumah hanya bisa kami tempati hanya selama dua Minggu saja. Sisanya kami masih harus nginap di rumah orang tua saya. Karena adik paling bungsu tinggal sendiri di rumah, dan orang tua mesti ke jambi menjaga keponakan saya.
Dua minggu ini nginap full ketika Ayah saya balik dari Jambi, ada juga sih beberapa kali malam minggu nginap di rumah tersebut.
Rumah dan lingkungannya Adem, luas tanah 126 M, dengan luas bangunan 42 Meter persegi. Pagar pun baru selesai dua minggu di bangun, sebelum rumah ini di putuskan untuk di jual.
Mesjid pun sangat dekat, kisaran 30-40 meter dari rumah. Tetangga baik-baik semua.
Masih bisa di bagian rumah untuk berkebun, di depan juga bisa ada space untuk taman, serta juga sudah siap rancangan untuk rumah dua lantai yang pesankan ayah dari temannya seorang arsitek.
Sempurna rasanya hidup di kala itu. Sebenarnya saya gak mau untuk ambil kredit, namun karena istri mendesak ingin punya rumah sendiri dan arahan Orang tua untuk ambil kesempatan ini. Ya, terpaksa.
Akhirnya beberapa bulan berselang setelah akad kredit, mulai lah persoalan muncul satu per satu. Lingkungan kantor bagi saya sendiri terasa begitu tidak nyaman dan tersiksa. Saya juga sering berantem dengan istri.
Pikiran dan hati terasa sempit dan mudah banget untuk putus asa. Tabungan istri pun ludes. Sebenarnya ludesnya di pakai ke barang sih, namun karena udah terbiasa istri harus punya uang tabungan di rekening, sehingga istri sering merasa panik, melihat rekening tabungannya saldonya tipis.
Sudah 6 bulan berjalan, istri pun akhirnya mengeluarkan pernyataan kapok untuk ambil kredit lagi ke depannya. Akhirnya beliau pun sudah berjanji akan menghindari kredit ke depannya.
Karena persoalan kiat bertambah, ya saya terima saja dengan ikhlas. Saya seringkan sholat sunnah, zikir dan istigfar, termasuk merutinkan sholawat nabi. Dalam Doa, selalu meminta untuk bisa melunasi rumah secepatnya. Termasuk merutinkan sedekah.
Pada Maret 2020, istri di panggil ke kantor pusat. Manajemen akan menggantikan posisi istri dengan orang lain, jadi beliau harus melakukan serah terima dan training untuk penggantinya. Sebelumnya istri juga sudah dapat kabar. Dan InsyaAllah bersedia. Bahkan, beliau pun sudah berfikiran akan resign setelah serah terima jabatan tersebut. Karena gak mau juga menjadi karyawan cabang.
Istri dan saya satu perusahaan. Beliau dahulunya di kantor pusat dan saya di cabang. Alhamdulillah sejak menikah, istri diizinkan pindah ke cabang Padang sampai ada pengganti beliau. Namun sejak menikah sampai Februari 2020 baru di cari pengganti pada Maret 2020.
Akhirnya kami terpaksa LDR selama hampir 3 Minggu. Seminggu sebelum pulang ke Padang, beliau memberitahukan ada kabar baik dari manajemen perusahaan. Manajemen memberikan promosi kepada istri untuk mengemban amanah baru yang lebih tinggi dan dengan pekerjaan yang lebih banyak. Gaji sudah pasti naik, namun ada satu lagi kabar yang bagus. Saya pun juga ikut di tarik ke kantor pusat, dengan kenaikan gaji dan mendapatkan fasilitas lainnya juga.
Padahal waktu itu, udah berniat untuk resign bareng dari perusahaan setelah Idul Fitri. Akhirnya mendapatkan kabar baik ini, saya pun langsung memberitahukan kepada kedua orang tua. Dan orang tua pun melepaskan saya untuk merantau untuk pertama kalinya…hehehe.
Setelah istri pulang kembali ke Padang, dua minggu setelahnya beliau harus berangkat lagi ke Jakarta sendiri. Dua minggu setelahnya baru saya menyusul untuk pindah, karena menyelesaikan pekerjaan dan persiapkan pengosongan rumah. Semua perlengkapan rumah kami pindahkan ke rumah orang tua saya. Sisanya lemari, kasur yang gede-gede kami jual sepaket dengan rumah.
Orang tua, keluarga dan tetangga di rumah tersebut semuanya gak setuju dengan langkah kami menjual rumah tersebut. Rumah semakin lama semakin mahal dan rumah ini kan juga bisa jadi asset kalian. Iya lah kalau lunas gak akan saya jual, sahutku dalam hati. Ini amanah cicilan masih panjang soalnya. Dan Di Jakarta pun saya harus ngontrak untuk sementara waktu pastinya.
Banyak orang menyangka, rumah ini bakalan sulit dijual dan butuh waktu yang panjang. Alhamdulillah karena niat kami baik untuk menyelesaikan amanah, dua bulan pas rumah akhirnya terjual dengan harga full.
Sebenarnya gak sampai dua bulan, karena saya belum bisa cepat balik ke Padang, karena kondisi Covid dan Istri belum bisa meninggalkan kerjaannya.
Akhirnya setelah di bayar, langsung Sertifikat rumah kami ambil di bank, dan serahkan ke pembeli. Alhamdulillah banget, transaksinya cepat dan sangat mudah.
Ketika saya tanya kenapa ngebet kali ambil rumah, ternyata suami istri tersebut bilang, model rumah ini sesuai dengan impian kami sebelumnya, dan mereka pun ketika melihat design rumah ke depannya juga sangat menyukai designnya.
Alhamdulillah, akhirnya KPR lunas kurang dari dua tahun. Dan sekarang kami sangat menikmati pekerjaan di kantor Pusat.
Baca Juga : Rahasia Sukses Membangun Kolam Uang
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)