Malam Sobat Blogger...Senang bisa posting lagi di blog ini. Jika ada yang bermanfaat silahkan diambil, jika tidak mohon berikan saran, agar blog ini bisa memberikan manfaat juga bagi orang lain. Namun, suatu hal yang pasti dengan adanya blog ini membuat ide, gagasan dan unek-unek saya tersampaikan, semoga tidak menyinggung teman-teman, jika ada saya mohon maaf dan saya akan hapus postingan bila terdapat kata atau kalimat yang menyinggung visitor blog Riky sekalian.
Bermula ditahun 2011, sejak pertama kali menapaki kaki menjadi seorang sales. Dimana dituntut untuk menjual lebih banyak dan lebih banyak lagi produk. Belajar mandiri menjual sebuah produk, ditekan habis-habisan untuk sebuah pencapaian yang entah dari mana dasar penetapan suatu target tersebut. Ya, meskipun babak belur, cacian dan makian, tidak gentar jiwa menghadang. Dari sanalah sebuah agresifitas terbentuk.
Sampai saat ini, baru dua kali ke agresifan ku di hadang. Pertama, saat terjadi jurang pencapaian yang amat jauh dari rekan-rekan se team penjualan dengan ku. Ketika itu, penjualanku tergolong tinggi, sehingga membuat gap yang besar dengan rekan-rekan yang lainnya. Ketika gap ini terlalu tinggi, maka mau tidak mau, dan bisa saja rekan-rekan ku tersebut di pecat. Kenapa saya bisa menjual lebih banyak sedangkan mereka jual sangat sedikit. Aku pun tidak mau, jika hasil yang ku dapat diserahkan pada teman yang penjualannya sedikit. Wah, terlalu keenakan. Maka dari itu, atas persetujuan beberapa orang, mereka memintaku untuk menahan sedikit/slow lah dalam menjual. Jika terlalu kencang, maka akan ada efek bagi yang lain, yaitu pemutusan hubungan kerja alias dipecat.
Sales dituntut kencang dalam menjual, dengan kencangnya seorang sales dalam menjual, akan memberikan pemasukan bagi perusahaan dan bisa menghidupi seluruh karyawan di bagian apa pun. Makanya, mau tidak mau, suka tidak suka, ada agresifitas yang tinggi dari jiwa seorang sales. Karena dalam mindset mereka tertanam, bagaimana agar klien bisa deal dengan kita, bagaimana pun caranya. Tentunya sebagai seorang sales yang baik, akan bekerja se-profesional mungkin dan berjalan di aturan yang sudah ada.
Kedua, malam ini. Tak perlu dan tak usahlah kuceritakan dalam postingan ini. Namun, suatu hal yang pasti. Pasti ada sebab kenapa harus agresif dan bagaimana serta apa agresifitas ditampakkan.
Rasanya ku sudah berjalan sesuai prosedur yang telah baku, banyak cara yang sebenarnya diberikan dan coba ditanamkan dalam fikiranku oleh segelintir orang. Namun, karena rasa hormatku yang dalam kepada sepasang sahabatku dan lainnya. Aku tetap berjalan di rel yang telah ada.
Ternyata rel yang ku lalui ada hambatan, tentunya aku tidak bisa bergerak lagi. Mau tidak mau untuk mencapai suatu tujuan tentu aku harus memutar otak, agar kereta tetap berjalan. Langkah demi langkah sudah ku lakukan, beritahu stasiun terdekat untuk membantu, masinis pun turun membuang penghalang dari rel, tapi hendak di kata...aku pun tak bisa menuliskan kata-kata lagi.
Ya, mungkin bagi sebagian orang langkahku salah. Aku tidak bermaksud menyalahkan, namun seberapa kuat ku mencerna, entah kecerdasan ku yang kurang mungkin ya, tidak satu pun bisa di terima oleh nalarku. Sesuatu yang baik, hendaknya coba dahulu di terima dan coba di analisa. Jika ternyata salah, silahkan mau dibuang atau pun ditinggal tak mengapa. Apakah ku salah? baik lah aku akan koreksi diri. Terima kasih...
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)