Masih jelas diingatan, ketika dahulu di kampus ikut organisasi. Dahulu, ketika salah satu anggota organisasi memberikan masukan dan gagasan, kita olah bersama, kaji dan laksanakan bersama, bahkan ada juga yang gagasannya kita sempurnakan. Sehingga, saat pelaksanaan gagasan tersebut serentak dan kompak serta semangat kita melaksanakannya.
Berbeda halnya pada saat ini. Terkesan Top Down, dari atasan saja...Terkadang tidak semua gagasan yang dilontarkan pimpinan bagus, ada juga yang tidak sesuai dengan pelaksanaannya di lapangan. Maka, sudah sepantasnya bawahan memberikan gagasan tambahan untuk melengkapi gagasan yang dimaksudkan oleh atasan tersebut.
Seharusnya, sebagai atasan, mestinya berterima kasih kepada bawahannya, karena sudah memberikan masukan. Toh, jika tidak sesuai dengan maksud yang di tuju, atasan kan bisa melakukan apresiasi terlebih dahulu dan membetulkan ide dari bawahannya dengan mengungkapkan dimana kelemahan ide tersebut. Jika butuh dikaji, terima dulu gagasan tersebut, kemudian sempurnakan bersama juga bisa pada saat itu. Seharusnya, atasan yang bagus seperti itu.
Toh, jika gagasan dari bawahan tidak bisa dilaksanakan, terkendala dengan SOP atau peraturan dari manajemen pusat, kan bisa dibilang kepada semua bawahannya bahwa ide tersebut bertentangan, sehingga tidak bisa kita laksanakan. Bisa juga ide tersebut membutuhkan biaya yang besar, sehingga manajemen saat ini belum bisa melaksanakannya.
Kondisinya, setiap ada gagasan dari bawahan tidak pernah di dengarkan, jangankan didengarkan diterima atau diapresiasi saja tidak, malah belum selesai ngomong langsung di potong, seolah paham dengan ide bawahannya, padahal tidak.
Saya sedang menyampaikan ide, belum selesai ngomong langsung diambil alih dan beliau pula menjelaskan ke anggota lain bahwa maksud Riky seperti ini. Padahal yang ingin saya sampaikan tidak begitu adanya. Jika begini, wajar saja bawahan tidak memberikan masukan lagi, mereka pasrah saja dengan keadaan dan mangut saja dengan semua ide yang disampaikan oleh atasan. Padahal ide beliau tersebut, tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Toh, jika beliau udah capek ngomong dan minta ide dari bawahannya, mana ada yang mau kasih ide atau gagasan lagi ke beliau. Rasanya mereka percuma ngomong kalau tanggapannya selalu seperti ini.
Akhirnya, Jika seperti ini terus dibaiarkan maka perusahaan akan berjalan di tempat, tidak akan maju, mungkin malah bisa mundur ke belakang. Karyawan berjalan sendiri-sendiri, jika ada ide mereka biarkan saja tidak akan mereka ungkap lagi. Memang ide "sibos," tersebut mereka jalani, namun tidak ada semangat nampaknya di wajah mereka. Ibaratnya, mereka seperti alir mengalir saja, yang penting jalan saja, bagaimana pun keadaan perusahaan ke depannya, ah...mereka seperti lepas tangungjawab saja.
Padahal diantara mereka ada yang luar biasa loyal dan gagasannya bagus, dan bisa memberikan kemajuan. Akibat, atasan selalu benar, mereka pun tak peduli, yang penting mereka tetap bisa bekerja. Ya, bekerja seadanya, seakan tidak ada target yang menantang.
Kalau lah ide mereka diterima, diolah bersama, kemudian dijalankan bersama. Tentunya perusahaan bisa berjalan dengan sangat gesit, karyawan semua pada semangat bekerja. Tentu ke depannya mereka akan memberikan kontribusi yang bisa lebih banyak lagi. Karena ketika karyawan sudah di apresiasi dengan baik, maka kewajiban mereka, tentu akan mereka tunaikan dengan lebih baik lagi. Namun ingat pula pada hak mereka, juga harus di tunaikan dengan tepat waktu dan sempurna loh, yaa.
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)