Langsung ke konten utama

Awal Mula di Dunia Jasa Pengiriman

Saya dahulunya adalah seorang sales di Bank Mandiri. Namanya sales di orientasikan untuk mencari klien, khusus tugas saya pada saat itu adalah merchant, bagian mesin gesek kartu debit dan kredit. Ditargetkan untuk mencapai sekian mesin yang harus terpasang per bulannya. Bukan teknisi pemasangan ya, namun mencari toko atau perusahaan yang bersedia di pasangkan mesin gesek tersebut. Nanti yang akan pasangkan mesin sekaligus melakukan training adalah teknisi, waktu itu seingat saya dari Visionet, Indopay dan Beps.

Alhamdulillah, namanya saya yang selalu pantang kalah, selalu mencapai target yang di tetapkan. Disamping itu, saya adalah orang yang memiliki keingintahuan yang tinggi, jadi tidak hanya soal mesin, yang lain pun saya cari tahu, apakah itu terkait dengan jenis tabungan perbankan, produk kartu kredit, kredit semacam KPR, multiguna atau konsumtif, termasuk investasi seperti unit link di asuransi, reksadana, bahkan saham.

Saat itu saya bukan lah pegawai tetap, bukan pegawai kontrak, saya hanya karyawan outsourching. Alhamdulillah juga sampai saya keluar dari sana tidak ada pengangkatan. Ini yang patut saya syukuri, sebuah keputusan yang tepat untuk resign dari sana.

Setelah saya resign dari Bank Mandiri, saya full di asuransi Prudential, setahun bergelut di dunia asuransi, saya tidak mendapatkan "klik- nya" pada akhirnya. Namun, karena di Bank Mandiri dan Prudential-lah saya bertemu dengan banyak orang dan salah satunya, Bg Wili yang mengajak saya untuk menerjuni Dunia Jasa Pengiriman.  

Saat saya sedang istirahat siang di salah satu tempat klien, saat saya di sana, saya bertemu dengan Bg Wili yang juga sedang nongkrong pula di sana. Sebuah tempat kantor Tour And Travel, yang ternyata ownernya dan pegawainya juga kenal dengan beliau. Begitu juga saya, Tour and Travel tersebut adalah klien saya saat di Bank Mandiri dahulu. Karena dekat juga dengan karyawannya, makanya ketika saat lewat dekat sana, sambil pergi prospek mampir sejenak hanya melepas lelah dan berlindung dari panas terik matahari di siang bolong. 

Nah, saat itulah saya coba prospek beliau ke asuransi. Eh, ternyata setelah saya prospek, saya pula di ajak bantu beliau untuk memasarkan jasa pengiriman, tugasnya mencari agen retail. Per Agen retail saat itu saya diiming-iming uang Rp. 100.000,- per agen retail. Karena saya berfokus pada saat itu hanya di asuransi, maka penawaran beliau saya dengarkan sambil lalu. Beliau kasih beberapa lembar brosur saya terima saja. Segan kalau menolak, dan bisa juga suatu saat beliau ikut juga menjadi klien ku di Prudential.

Beberapa waktu berlalu, saya tidak mempromosikan produk yang disampaikan Bg Wili. Toh, beliau juga belum gabung jadi klienku di asuransi. Suatu ketika, kami kembali bertemu di tempat yang sama. Sebelum saya ajak beliau ngomong asuransi, perkataanku pun di potong secara halus dan diarahkan ke produknya di jasa pengiriman, itulah SAP Express. 

Akhir dari pertemuan tersebut, aku di ajak keesokan harinya join visit dengan beliau. Beliau berjanji akan mengajak saya ke tempat relasi dan kliennya, dan beliau juga minta dikenalkan dengan klien saya. 

Selang waktu berlalu, ternyata kliennya tidak ada satu pun yang bisa dijadikan klien di Prudential. Namun, relasi dan klien saya di Bank Mandiri atau pun di Asuransi yang banyak tertarik dengan produk SAP Express. Saya sangat ingat kurang lebih 2 bulan joint visit dengan beliau hampir tiap Senin-Jumat, kami mendapatkan agen retail sampai 20 orang. Lumayan ada Rp. 2.000.000,- komisi yang saya dapatkan waktu itu. Padahal saya hanya mengajak beliau door to door ke kenalan saya, dan beliau yang presentasi sampai closing dan juga termasuk memasang perlengkap retail tersebut dan sekalian melakukan training ke owner-nya dan ke karyawannya langsung.

Pada Mei 2015, terbuka kesempatan SAP Express merekrut sales di seluruh cabang mereka se Indonesia. Karena saya telah memberikan data base yang banyak pada beliau, dan telah mengajak 20-an orang untuk bergabung sebagai retail SAP Express, sayalah yang beliau minta langsung untuk jadi sales SAP Express. Padahal saat itu, saya masih full time di Prudential. Namun, beliau bilang gak apa, asuransi tetap jalan, sebagai sales SAP Express juga jalan.Ya akhirnya, sejak saat itulah saya full di SAP Express, dan lambat laun meninggalkan dunia asuransi. 

Memang terasa "turun kasta," rasanya. Begitu juga leader saya di Prudential bilang. Malu juga iya, dulu kerja di Bank Mandiri pakaian bersih rapi, di asuransi juga. Sekarang sebagai sales jasa pengiriman. Dulu saya tidak mengira akan mengangkat barang atau paket juga, ternyata setelah full di SAP Express, segalanya telah saya lakukan. 

Satu hal yang mungkin orang lain tidak tahu pada saat itu, memang di SAP Express saya sebagai sales, terkadang ada juga yang menjemput paket/dokumen dari kantor atau toko, isi resi sendiri timbang paket klien sendiri, bahkan mengantarkan paket/ dokumen pun juga pernah saya lakukan sendiri. Itu pun saya lakukan dengan motor sendiri, ada juga sih bersama Bg Wili dan driver SAP Express pada saat itu yang bernama Robi. Satu hal yang belum diketahui orang pada waktu itu termasuk mantan rekan di Bank Mandiri atau pun di Prudential, yaitu Gaji yang saya terima lebih besar dari gaji saya saat di Bank Mandiri atau pun komisi yang diterima dari Prudential pada saat itu. Dan di industri jasa pengiriman lah akhirnya saya menemukan istri tercinta "Nailul Azmi".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Cek Kiriman Standar Express untuk Penerimanya di Padang

Saya sering kali mendapatkan telpon dari sipenerima paket Standard Express untuk penerima dalam Sumatera Barat . Tidak hanya ke nomor pribadi saya, ke kantor SAP Express yang beralamat di jl. Jhoni Anwar No. Q 8 Ulak Karang Padang juga begitu, terlebih ke nomor telpon kantor 0751-446508. Setiap kali sipenerima bilang standard express, CS SAP Express langsung bilang saja, maaf salah sambung, Ini kantor SAP Express.  Ada juga yang ngotot dan menghubungi saya kembali dari nomor telpon yang berbeda. Lalu, saya jawab lagi, maaf Bu, sudah saya sampaikan bahwa kami bukan Standard Express, tetapi kami adalah SAP Express (Satria Antaran Prima). Kalau yang Ibu tanyakan tadi, mohon maaf saya tidak mengetahui. Memang benar, saya belum pernah mendengar apa itu ekspedisi Standard Express, apalagi untuk posisi kantornya di Padang saya belum pernah lihat.  Kemungkinan mereka baru menggunakan vendor lokal atau nebeng kirim paket melalui ekspedisi lainnya. Saking sering kena telpon seperti itu, saya

Pengalaman Pertama Ganti Regulator Gas

Sudah tiga hari kami tidak bisa masak di rumah. Kompor gas di rumah tidak bisa menyala. Ketika tabung gas yang habis kami ganti, pas mau pasang tabung yang baru, selalu ada bunyi sssssssts.... Ini pertama saya mengalami hal seperti ini, biasanya pas pasang pertama keluar bunyi seperti itu, dibuka dan coba lagi pasang gak ada bunyi untuk yang kedua. Namun kali ini, sudah berkali-kali di coba tetap saja keluar bunyi mendesis dan tercium aroma gas di dapur. Regulator yang kami gunakan sejak awal pasang kompor gas di rumah bermerek Star Cam seperti gambar di atas. Produk ini sangat bagus dan gampang pasangnya, namun untuk tabung gas yang berisi 3 kilo. Ketika tabungnya bentuk pegangannya tidak sesuai ukuran lekukannya atau mungkin penyok, maka agak sulit memasang regulator tersebut yang sesuai presisi. Sehingga, saya sering meluruskan dulu gagang tabung gas, dengan memukul dengan palu atau batu. Ketika regulator gak lurus pasangnya, sering terdengar suara mendesis...issst dan tercium b

Pengalaman Perdana Ikut Gurah Kesehatan

Tadi malam saya pertama kali mengikuti gurah kesehatan. Informasi tentang apa itu gurah dan manfaatnya sebenarnya sudah sejak se bulan yang lalu, info ini diberitahukan oleh Arif serta Ayahnya pada ku. Namun, karena sehubungan dengan bulan puasa, makanya kegiatan gurah ditiadakan pada saat itu, dan habis lebaran diadakan kembali. Kegiatan gurah kesehatan ini aku ikuti di Miftahussyifa, sebuah pondok pengobatan alternatif. Mulai dari pengobatan bio energy, totok wajah, gurah dan steam mata, gurah kesehatan serta bekam tersedia di sana, begitu juga dengan obat-obatan herbal yang di racik sendiri oleh Yayasan Miftahussyifa Bengkulu. Ketika saya bertanya ke salah satu terapisnya, yayasan Miftahusyifa ini sudah ada cabang se Sumatera dan Jawa, dan pusatnya di Bengkulu. Untuk di Padang saja stafnya kurang lebih 10 orang dengan keahlian yang berbeda-beda.  Untuk berobat pun di sini tidak ada dipungut biaya, namun hanya disediakan kotak sedekah, kita tinggal isi kotak sedekah te