Hai sobat, semoga hari ini yang sakit segera sembuh seperti sedia kala, yang masih sendiri segera di dapatkan pendamping idaman, dimudahkan segala urusan dan dilapangkan rezeki. Aamiin. Ya, Saling mendoakan disetiap kesempatan adalah hal yang tak boleh terlupakan. Tanpa campur tangan Allah Swt, kita tidak ada apa-apanya. Sepatutnya kita bersyukur, atas segala kenikmatan yang masih bisa kita dapatkan, belum tentu orang lain mendapatkan kesempatan yang sama dengan kita, atau belum tentu esok kenikmatan yang kita rasakan saat ini masih bisa kita nikmati di keesokan hari.
Hari ini adalah hari yang spesial buat Ayahku tercinta, sudah 61 tahun saja usia beliau kini. Memang tidak muda lagi. Rambutnya pun sudah mulai memutih, Keningnya sudah berjajar kerutan. Tatapannya yang dahulu tajam bagaikan elang, sekarang sudah menjadi tatapan biasa. Ya, perjuangan yang sungguh panjang sehingga aku dan kedua adikku sudah sebesar ini. Perjuangan yang hanya beliau dan Ibu yang tahu.
Pa, biasa ku memanggilnya, semoga selalu diberikan kesehatan yang prima, kesabaran mu menjadi pedoman bagi ku, ketaatan mu kepada Allah Swt menjadi contoh bagiku. Kegigihanmu dalam bekerja dan menanggung beban kami menjadikan kebanggan bagiku, karena tanggungjawab yang engkau pikul begitu besar. Rasa kasih sayang yang tak pernah putus selalu engkau curahkan. Terima kasih segalanya pa, Selamat ulang tahun ya...Panjang umur dan selalu diberikan keberkahan. Aamiin.
Masih ingat dalam ingatan, ketika semua temanku memainkan gitar, engkau pun tak mau kalah dan membelikan ku sebuah gitar yang bagus, meskipun sudah berbulan-bulan ku memainkannya tetap saja aku tak bisa, namun engkau selalu memberikan ku semangat. Akhirnya jadilah gitar sumbang yang tak berbunyi, dan tergantung di dinding berdebu tebal dan sangat banyak laba-laba membuatkan sarang di sana. Dan gitar itu pun berakhir nasibnya di tangan sepupuku.
Ketika musim hujan, anak-anak berkejar-kejaran di selokan. melihat selokan dari hulu sampai hilir di sisir. Bukan mencari ikan atau pun udang, melainkan mengejar perahu nya dan menjaganya agar tetap terbawa arus, tidak terbalik dan selamat sampai ke hilir. Berbagai jenis perahu tersebut terbuat, ada yang dari gabus, ada yang dari pelepah pohon pisang, atau pun dari kertas.
Tatkala engkau melihat perahu ku yang hanya sepotong gabus yang tak berbentuk, engkau pun seolah tidak memperdulikannnya. Namun, ketika ku usai main dan kembali pulang ke rumah, ternyata Engkau siapkan ku sebuah kapal Layar yang Elok bentuknya, artistik penampilannya. Betapa gembiranya aku saat itu, sampai ku berlari kembali keluar rumah untuk memperlihatkan kepada teman-teman. Pujianpun datang karena kapal yang engkau desain khusus untuk ku selain elok dan memikat ternyata stabil berlayar dalam selokan. Berdecak kagum dan iri teman ku saat itu.
Betapa saat itu semua orang melonggok ke langit, bukan untuk melihat pesawat terbang atau pun uvo, melainkan melihat ratusan layang-layang berlenggok-lenggok dan berpacu untuk menampilkan keindahan dan kehebatannya. Ada yang besar dengan warna yang cantik, ada yang berbentuk hewan atau pun orang, ada yang mengeluarkan bunyi seperti gesekan biola, ada yang panjang ekornya, ada yang di kendalikan dengan beberapa orang karena saking besarnya.
Anak-anak berkejaran di jalan, bukan untuk mengejar angkot, tapi mengejar layang-layang yang putus, yang tanpa sadar sebenarnya membahayakan nyawa. Meminta duit pada Ayah dan Bunda untuk belikan benang dan layang-layang kecil. Dan berupaya sekuat tenaga agar layangan tersebut bisa mengangkasa. Tak peduli betapa panasnya terik matahari membakar kulit. Tak peduli Ibu dan Ayah memanggil hanya untuk bilang Udah sholat atau pun makan. Ya, siapa yang peduli ketika musim layangan tiba.
Aku tak sama seperti anak yang lain yang dibelikan layang-layangan yang sudah siap, tapi engkau membelikan ku sekumpalan benang khusus langsung dari pasar, membeli sebatang bambu yang tampak tua namun sangat kuat. Kertas dan benang di toko pun engkau beli. Sungguh rela merepot ria bersama ku. Sampai di rumah, engkau raut bambu tersebut, engkau timbang dengan benang, engkau pasang rangkai dan kertasnya, jadilah sebuah layang-layang berekor gembul. Menarik, ukuran sedang, lain dari yang lain. Judulnya layangan edisi khusus buat ku.
Ketika ku coba menerbangkannya sungguh bagus mengangkasa, lenggok dan ketika menukik dan kembali naik ke atas menjadi sensasi berbeda dari layangan biasa. Sungguh menjadikan itu mainan utama dan tersayang ku selama dua minggu.
Suatu ketika layangan itu terbang tatkala angin kencang mulai meniupnya, gerakannya cepat menukik kiri dan kanan, mengikuti arah angin, berputar-putar dan kembali naik dan turun, sangat lincah namun terkontrol karena keseimbangannya bagus saat di buat. Tak terasa ekornya pun sudah hilang lantaran sobek, karena sering diterbangkan.
Sampai karena kesenangan yang tak terkontrol, maklum masih anak-anak saat itu ku coba jahili layang-layang teman, satu per satu layangan temanku putus satu per satu, selain lincah layanganku di topang benang berkualitas tinggi yang di persiapkan Ayah pada ku disaat itu. Puas sudah saat banyak layangan temanku berhasil di putusin, tinggal lah layangan ku seorang diri dan dari kejauhan layang-layang sekelompok orang lainnya. Angin semakin kencang bertiup lantaran mau hujan lebat, aku pun tak peduli, masih terus memainkannya.
Sampai akhirnya, tus...layangan kesayangan ku putus diterbang angin kencang, saat kondisinya lagi sangat tinggi. Tentunya, tak dapat kukejar lagi, aku pun berputus asa. Ku berlari menemui mu. Engkau pun hanya tersenyum, sudah gak apa. Lain kali kita buat lagi yang lebih bagus.
Banyak lagi momen bahagia yang telah engkau torehkan pada hati ku, yang tak bisa kuhitung berapa lagi banyaknya. Ya, aku harus seperti mu Ayah, akan ku bahagiakan cucu mu kelak. Apa yang telah engkau berikan kepadaku akan ku torehkan pula pada generasi setelah ku. Ya, kasih sayang seorang Ayah.
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)