Sore itu, sehabis pick up klien dan counter retail, tak tanggung capeknya badan terasa. Baru menghempaskan diri pada kursi kerja, telpon kantor dibelakang kursi kerja berdering kencang. Nanda, yang saat itu berada paling dekat dengan telpon, langsung bergegas mengangkat. Yah, entah apa yang dibicarakan oleh Nanda dan orang yang diseberang telpon, tiba-tiba saja gagang telpon diserahkan padaku. "Buk, langsung saja bicarakan dengan sales kami ya buk," sahut Nanda sambil menyerahkan telpon padaku.
Ternyata yang menelpon adalah perusahaan yang pernah saya tawari jasa perusahaanku. Setelah mendengar nama perusahaan tersebut, teringat bagaimana dahulu susahnya minta ampun untuk masukan penawaran ke sana. Akhir kata, kami tidak butuh perusahaan Anda, kami sudah ada rekanan. Rekanan kami langsung dari pusat. Kalau anda masukan penawaran langsung saja ke kantor pusat perusahaan kami. Ok, buk tidak mengapa, balasku seketika. Mohon Ibuk simpan saja penawaran kami, manatahu suatu saat Ibuk butuh kami. Terima kasih atas kesempatan Ibuk, saya pamit, Aslkm...Itu beberapa bulan yang lalu.
Sekarang yang menelpon perusahaan ku adalah staf dari Ibu yang menolak penawaranku dulu. Beliau minta tolong dengan sangat untuk melakukan pengiriman dokumen yang sangat..sangat penting dan harus sampai esok pagi di waktu yang telah ditentukan. Beliau pun bertanya, "bisa Pak?". Berapa pun biaya nya tidak masalah, asalkan dokumen ini sampai tepat pada waktunya. Boleh buk, sebenarnya bisa saja saya memberikan harga yang seenaknya menurut saya. Toh, yang butuh beliau, bukan saya...Tapi, tidak begitu..Buk, untuk biaya pengiriman esok sampai, tarifnya sekian untuk per surat, sesuai dengan ketentuan pusat. Bagaimana? jika iya, maka saat ini juga kami jemput dokumen ibu ke tempat. "Oke Pak, balasnya lagi." Selepas itu barulah ku meluncur langsung untuk menjemput dokumen yang bersangkutan. Sebenarnya bisa saja, kurir pick up yang jemput. Tapi gak mengapalah saya saja sekalian.
Akhirnya dokumen tersebut kami berangkatkan juga pada hari itu bersama dengan paket dan dokumen lainnya. Alhamdulillah, dokumen yang dimaksud sampai tepat pada waktunya. Nah, yang ditolak saat itu pun saat yang amat genting, berguna juga.
Sudah sangat banyak kenyataan yang saya lihat, menolak sebelum melihat atau mendengarkan. Siapa pun yang menawari Anda sesuatu, terima dahulu, dengar kan, simpan nomor telpon atau kartu namanya. Bisa saja saat ini Anda tidak butuh, akan tetapi pada suatu saat ke depannya Anda membutuhkan. Jangan menolak dahulu sebelum Anda mendengarkan apa yang ditawarkan orang kepada Anda.
Nah, gimana menurut Sahabat Riky sekalian?
Ternyata yang menelpon adalah perusahaan yang pernah saya tawari jasa perusahaanku. Setelah mendengar nama perusahaan tersebut, teringat bagaimana dahulu susahnya minta ampun untuk masukan penawaran ke sana. Akhir kata, kami tidak butuh perusahaan Anda, kami sudah ada rekanan. Rekanan kami langsung dari pusat. Kalau anda masukan penawaran langsung saja ke kantor pusat perusahaan kami. Ok, buk tidak mengapa, balasku seketika. Mohon Ibuk simpan saja penawaran kami, manatahu suatu saat Ibuk butuh kami. Terima kasih atas kesempatan Ibuk, saya pamit, Aslkm...Itu beberapa bulan yang lalu.
Sekarang yang menelpon perusahaan ku adalah staf dari Ibu yang menolak penawaranku dulu. Beliau minta tolong dengan sangat untuk melakukan pengiriman dokumen yang sangat..sangat penting dan harus sampai esok pagi di waktu yang telah ditentukan. Beliau pun bertanya, "bisa Pak?". Berapa pun biaya nya tidak masalah, asalkan dokumen ini sampai tepat pada waktunya. Boleh buk, sebenarnya bisa saja saya memberikan harga yang seenaknya menurut saya. Toh, yang butuh beliau, bukan saya...Tapi, tidak begitu..Buk, untuk biaya pengiriman esok sampai, tarifnya sekian untuk per surat, sesuai dengan ketentuan pusat. Bagaimana? jika iya, maka saat ini juga kami jemput dokumen ibu ke tempat. "Oke Pak, balasnya lagi." Selepas itu barulah ku meluncur langsung untuk menjemput dokumen yang bersangkutan. Sebenarnya bisa saja, kurir pick up yang jemput. Tapi gak mengapalah saya saja sekalian.
Akhirnya dokumen tersebut kami berangkatkan juga pada hari itu bersama dengan paket dan dokumen lainnya. Alhamdulillah, dokumen yang dimaksud sampai tepat pada waktunya. Nah, yang ditolak saat itu pun saat yang amat genting, berguna juga.
Sudah sangat banyak kenyataan yang saya lihat, menolak sebelum melihat atau mendengarkan. Siapa pun yang menawari Anda sesuatu, terima dahulu, dengar kan, simpan nomor telpon atau kartu namanya. Bisa saja saat ini Anda tidak butuh, akan tetapi pada suatu saat ke depannya Anda membutuhkan. Jangan menolak dahulu sebelum Anda mendengarkan apa yang ditawarkan orang kepada Anda.
Nah, gimana menurut Sahabat Riky sekalian?
Komentar
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk meninggalkan komentar untuk tulisan ini..
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)